Mendulang Berkah dari Tulisan (Bagian 1)


Kita tak pernah tahu, betapa dari coba-coba (yang didasari minat tinggi atas lentera hati), akan berbuah manis. Ini sekilas pengalaman saya yang selain menjadi Dosen Ilmu Komunikasi Telkom University (sejak 2011), juga blogger yang menjadi pengisi naskah/scriptwriter di banyak televisi/media nasional. Antara lain Trans7, ANTV, RTV, dan Liputan 6 SCTV.

Pada pertengahan tahun 2011, semua terasa sempurna ketika saya diwisuda magister manajemen bisnis teknologi informasi komunikasi dari Institut Manajemen Telkom (kini Telkom University). Setelah awal masuk tahun 2007, dan ketika kawan kuliah strata satu tak banyak melanjutkan, pencapaian ini cukup membanggakan.

Terlebih, tak lama diwisuda, saya pun mendapat SK dari media tempat saya bekerja –sebuah harian nasional– sebagai calon asisten redaktur (Asred). Ini buah kerja keras setelah saya berkarir tujuh tahun lebih di kantor perwakilan Jabar dari media tersebut, meniti dari kontributor, reporter, dan akhirnya (calon) editor.

Jadi, berlipat kebahagiaan dalam waktu tak lama berselang. Seolah paripurna diraih segalanya kala itu. Namun Yang Kuasa selalu adil; Manakala semuanya sudah merasa lengkap diraih, pastilah muncul “kekosongan.”

Rasa itu muncul manakala seorang kawan lama waktu strata satu bertemu tak sengaja. Dari obrolan basa-basi, akhirnya bercerita tentang dirinya kesulitan memperoleh pekerjaan selepas lulus tahun 2009. Alias dua tahun menganggur!

Boom….perasaan bak palu menggodam benak langsung muncul. Bagaimana mungkin pencapaian diri diraih sementara kawan sendiri kesusahan mencari penghasilan. Terlebih dia lelaki, yang kelak akan menjadi pencari nafkah utama.

Bagaimana bisa saya yang tahun-tahun itu hampir tiap tahun diberi kesempatan peliputan ke luar negeri, ternyata masih ada kawan-kawan yang kebingungan harus ngapain. Saya, sepanjang ingatan, kala itu sudah sekitar 8 kali juara menulis tingkat nasional/lokal, menerima fakta pahit unggulnya sendirian.

Makin runyam ketika saya tahu bukan seorang. Ada sampai empat orang berposisi sama, cari kerja sana sini belum juga dapat. Atau sudah pernah kerja beberapa bulan di Jakarta, tapi akhirnya tak betah dan balik Bandung sekalipun akhirnya menganggur.

Saya memutar otak. Sejumlah opsi usaha muncul, dari mulai berdagang hingga jasa. Hingga kemudian saya mengerucutkan potensi ke bidang jasa, terutama terkait kemampuan kami berlima di bidang informasi dan tulisan.

Selagi mencari ide, saya waktu itu sangat sering melihat tayangan Spotlite dan On The Spot di Trans7. Sebuah tayangan berbasis Youtube yang isinya menceritakan informasi/fakta unik (bukan hasil reportase) yang berserakan di seluruh dunia.

Kedua tayangan itu juga bernafaskan momentum. Kejadian apapun di Indonesia yang sedang ramai, tinggal dicari fakta dan data terkait di internet, lalu dikemas dalam sebuah tayang bertema sama.

Saya melihat ini tantangan dan peluang. Peluang karena kala itu belum ada di internet sebuah laman bahasa Indonesia berisikan informasi/fakta unik yang dikemas dengan profesional. Tantangan karena saya dan kawan-kawan tak sepeser pun punya modal!

“Kita bikin saja web fakta unik serba lima. Karena serba tujuh kan sudah ada punya Trans7. Kalau serba 3 kayanya kependekan, dan tim kita lima orang jadinya sayang. Kita bikin tulisan serba lima saja,” kata saya waktu itu diangguki empat kawan saya, Denny Ashar, Ammy Adhisantika, Galih Pakuan, dan Erwin Kusumah.

Saya meminta tiga nama awal mencarikan fakta dan menulis fakta unik tersebut sementara nama terakhir membangun laman-nya. Sesuatu yang cukup tambah deg-degan karena selain tak punya modal, juga tak ada pengalaman bangun web sebelumnya pada diri seorang Erwin.

Buat kami yang penting kala itu semangat membangun muncul dulu. Jadi, selepas saya bekerja di media massa tadi, maka tiap malam saya menemui mereka di sebuah kamar kos-an ukuran 4×3 m untuk menanyakan perkembangan. Tulisan sudah mulai ada, meski saya masih bingung bagaimana memberi mereka honor kelak. Bangunan web juga sudah mulai ada celah, ketika sebuah tautan Youtube mengajarkan cara untuk itu. Kamar kami boleh sempit, tapi tidak dengan spirit dan idenya!
(Bersambung)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *